Lansia dalam Fisioterapi : Pertarungan antara Hilangnya Keseimbangan Tubuh dan menjadi Manusia yang Tetap Merdeka
Bhayangkarapost.web.id
Menjadi lansia tentunya tidak dapat terhindarkan dari setiap fase kehidupan manusia. Menurut World health Organization (WHO) seseorang dikatakan lansia apabila telah mencapai umur 60 tahun keatas. Lansia umumnya idenitik dengan kondisi fisik dan performa tubuh yang menurun seiringnya waktu. Hal ini tentunya membuat lansia menjadi tidak produktif dalam menjalani hari-harinya.
Selama memasuki fase lanjut usia, seseorang mengalami perubahan dari berbagai sisi. Hal ini diakibatkan karena adanya penurunan fungsi fisiologis yang dialami sehingga berdampak pada perubahan hormon dan siklus tubuh. Salah satu perubahan yang dialami oleh lansia yaitu menurunnya keseimbangan tubuh yang mengakibatkan resiko jatuh tinggi.
Resiko jatuh yang tinggi pada lansia disebabkan oleh melemahnya kekuatan otot tubuh yang berkurang secara perlahan sehingga membuat lansia mudah terjaruh. Resiko jatuh pada lansia dapat menyebabkan dampak yang sangat negatif pada kelangsungan hidupnya diataranya dimulai dari kehilangan kemadirian hingga mengancam nyawa.
Tentunya hal ini memerlukan perhatian yang serius melalui tindakan preventif ayang efektif. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan edukasi terhadap pencegahan untuk pengurangan resiko jatuh yang lebih rendah.
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi, dan komunikasi. Berdasarkan hal tersebut, fisioterapis mempunyai tugas dalam mengedukasi dan memberi tindakan prpeventif serta kuratif dalam menang ani keluhan resiko jatuh pada lansia.

Pada hari kamis (16/11/23)
Mahasiswa fisioterapis UMM Malang melakukan kunjungan dan edukasi kepada beberapa lansia yang memiliki resiko jatuh tinggi. Diantaranya bertempat tinggal di pemukiman yang sama dengan keluhan ankle strain, low back pain, dan fraktur tibia (patah tulang kering) akibat dari ketidakseimbangan pada saat berjalan yang mengakibatkan lansia terjatuh. Kunjungan ini dilakukan di Kelurahan Samaan, Malang.
Kunjungan dilakukan dengan proses perkenalan diri dan assessment singkat kepada lansia yang dilanjutkan dengan edukasi mengenai resiko jatuh. Edukasi terdiri dari penjelasan mengenai pengertian dan penyebab resiko jatuh pada lansia serta pentingnya mencegah hal tersebut sedini mungkin dengan cara meletakkan penerangan yang maksimal di rumah terutama kamar tidur dan kamar mandi, menghindari permukaan yang licin, dan selalu bertumpu pada pegangan seperti idnding, ataupun meminta bantuan keluarga pada saat ingin beraktivitas dan merasa badan sudah mulai tidak seimbang.
Selain itu,mahasiswa fisioterapis memberikan latihan pada keluhan utama pasien seperti latihan gerak aktif pada pasien ankle strain. Tanpa melupakan tujuan utama, mahasiswa fisioterapis memberikan latihan untuk menurunkan tingkat resiko jatuh seperti melakukan latihan penguatan pada otot serta stretching yang dilakukan secara rutin selama 2-3x seminggu. Selain penguatan dan stretching, lansia dapat melakukan latihan keseimbangan seperti yang telah diterapkan oleh mahasiswa fisitoerapis pada saat kunjungan.
Kegiatan preventif dan kuratif sangat diperlukan bagi lansia denganr esiko jatuh tinggi, agar kehidupan lansia tetap dapat berkualitas dan membuat mereka tetap merasa menjadi manusia yang merdeka tanpa harus menganggap dirinya beban bagi keluarga dan lingkungan sekitar. Mlelaui edukasi dan intervensi fisioterapi ini, diaharapkan dapat membuat lansia menjadi lebih peka terhadap kesehatan dan keselamatanya, serta semakin termotivasi untuk giat melakukan latihan dalam mengurangi resiko jatuh.
DINDA PERMATA PUTRI