RSUP NTB Membantah Melakukan Pengusiran Pasien di Rumah Singgah
Mataram, NTB – Bhayangkarapost.web.id
Humas RSUD NTB membantah kabar yang beredar mengenai pengusiran pasien dan kelurga pasien dari rumah singgah yang ada di rumah sakit terbesar di Provinsi NTB ini.
Munculnya video penertiban rumah singgah di RSUD setempat yng diunggah pada Kamis (20/2) lalu, terlihat suasana ricuh saat sejumlah orang naik ke lantai dua dan mulai merusak tembok rumah singgah semipermanen.
Ketegangan semakin meningkat ketika pasien dan keluarga pasien yang berada di dalam rumah singgah ditarik paksa keluar, karena lokasi tersebut akan dirobohkan.
Terkait hal ini, Direktur RSUD NTB, dr H Lalu Herman Mahaputra atau biasa disapa Dokter Jack, mengaku bahwa pihaknya tidak pernah mengusir pasien yang sedang menjalani perawatan atau masa pemulihan,ungkapnya.
Ia menegaskan, pihaknya sebatas ingin merelokasi rumah singgah ke tempat yang lebih representatif, sehingga pasien bisa lebih aman dan nyaman.
Bahkan, manajemen RSUD NTB juga telah berulang kali berkomunikasi dan menyosialisasikan rencana relokasi itu.
“Dari komunikasi yang kami lakukan. Masyarakat sudah setuju waktu itu. Karena, memang mereka akan diuntungkan dari relokasi ini,” tegas Dokter Jack pada wartawan, Senin (24/2).
Dalam video viral adanya pelibatan preman dalam proses relokasi pasien dari rumah singgah, menurut Dokter Jack, dirinya perlu meluruskan kabar tersebut.
“Seluruh staf RSUD NTB, adalah pelayan masyarakat dan tidak pernah ada preman yang dipekerjakan,” katanya lantang.
“Nah, untuk membangun rumah singgah yang baru, memang ada tukang-tukang. Tapi, tukang memang bekerja, tidak pernah memakai kekerasan,” sambung Dokter Jack.
Di sisi lain, manajemen RSUD NTB menegaskan tidak ada penarikan pembayaran sepeserpun di rumah singgah.
Sebab, lanjut dia, RSUD NTB juga memiliki satpam dan telah berkoordinasi untuk memindahkan pasien agar pembangunan rumah singgah yang diharapkan dapat segera selesai.
“Kalaupun ada satpam yang dapat omelan, mereka sudah bekerja sesuai dengan aturan. Security hanya membantu memindahkan barang, tidak ada tindakan represif,” jelas Dokter Jack.
Ia juga mengatakan bahwa pihkanya juga tengah berinisiatif untuk menyediakan tempat bagi pasien untuk menginap, terlebih bagi pasien yang datang dari jauh dan mesti rawat jalan.
RSUD NTB punya lahan kosong di belakang, sekitar 50 hektar yang dihibahkan Pemkot Mataram, di sanalah manajemen RSUD NTB akan membangun rumah singgah yang representatif.
Meski demikian, Dokter Jack memastikan akan melakukan pembenahan internal soal SOP yang memang boleh menunggu di rumah singgah.
Kami akan selalu melakukan koordinasi dengan dokter penanggungjawab soal kondisi pasien yang memang boleh.
Lanjut Dokter Jack, siapa saja boleh ditampung di rumah singgah, Asalkan pengobatannya memang lama, jarak tempuh dari rumah sangat jauh, dan tidak memiliki tempat tinggal di Kota Mataram.
“Maksimal bisa 10 orang yang menginap di Rumah Singgah RSUD NTB. Pendanaan pembangunan rumah singgah memang berasal dari dana internal rumah sakit,” tutup Dokter Jack.
Jurnalis: Ali/Anto/Ubud
Editor: Azzahra


